Pesona Negeri

Biker, Traveller, Culinary, and Photography

Facebook
RSS

Dari ”little bali”, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Cijulang. Di sungai Cijulang, tepatnya di desa Kertayasa, ada tempat wisata yang cukup terkenal, tempat ini bernama Green Canyon. Sebenarnya tempat ini awalnya bernama Cukang Taneuh (jembatan tanah) karena memang di hulu sungai ini ada jembatan yang menghubungkan desa Desa Kertayasa dan Desa Batukaras, nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh wisatawan asing dari Perancis karena daerah ini mirip dengan Grand Canyon dibenua Amerika. Saat ini nama Green Canyon lebih populer dibanding nama aslinya Cukang Taneuh. Bahkan penunjuk jalanpun memakai nama Green Canyon.

Dari Pangandaran ke Green Canyon tidak terlalu lama sekitar 45 menit, karena jaraknya cuman sekitar 30 km. Dalam perjalanan kita akan melewati Bandara Nusawiru. Bandara ini menyediakan penerbangan dari Jakarta maupun Bandung dengan menggunakan pesawat Susi air. Frekuensi penerbangan saat ini hanya 1 kali sehari, dari Jakarta sekitar jam 11:30 WIB dan dari Bandung sekitar jam 12:40 WIB. Jadi bagi anda yang tidak biasa melakukan perjalanan jauh dengan mobil bisa menggunakan pesawat sebagai sarana transportasi, karena kalau dari Jakarta melalui jalan darat membutuhkan waktu sekitar 8-9 jam

Mendekati lokasi wisata Green Canyon, kami bisa melihat sungai yang memang berwarna hijau (green), yang terlihat cukup jernih, apalagi kalau dibandingkan dengan sungai di Jakarta/Surabaya. Mungkin karena warna hijau inilah, maka tempat ini dinamakan Green Canyon. Menurut informasi warna hijau hanya akan dijumpai apabila kita ke sana pada musim kemarau, karena kalau musim hujan biasanya warnanya akan menjadi agak kecoklatan.

Sekitar jam 12:15 WIB kami sampai di dermaga Green Canyon. Kami parkir dihalaman parkir yang cukup luas, tempat parkir ini berada diseberang jalan loket dermaga. Kami terpaksa parkir pararel karena tempat parkir sudah penuh.

Setelah parkir kami menuju loket untuk menyewa perahu. Lokasi Green Canyon memang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan perahu. Harga tiket perahu adalah Rp 75,000 untuk 1 perahu dengan maksimal ditumpangi 5-6 orang. Jadi dihitung-hitung murah sekali, per orang hanya dikenakan 15,000.

Tapi sudah ada pengumuman bahwa nanti per 1 Desember 2012 akan naik menjadi Rp 150,000. Jadi yang belum ke sana buruan saja mumpung belum naik. Lama sewa perahu adalah 45 menit, jadi perjalanan pulang pergi diasumsikan 30 menit, kita diberikan kesempatan untuk menikmati pemandangan 15 menit. Kalau ingin menikmati lebih lama biasanya kita harus nego sendiri dengan tukang perahunya. Loket ini buka mulai jam 07:30 s/d 16:00 WIB kecuali hari Jumat mulai jam 13:00 WIB.

Karena kami datang cukup siang, jadi harus ngantri sekitar 15 antrian. Tampak banyak orang yang mengantri di pemberangkatan perahu.

Perahu yang disediakan adalah perahu tradisional yang dilengkapi dengan motor. Perahu ini juga dilengkapi tenda untuk melindungi dari panas matahari. Untung perahunya cukup banyak sehingga kami hanya perlu menunggu sekitar 30 menit. Kami segera naik ke dalam perahu, dan petualanganpun dimulai. Pemandangan di sungai ini memang benar-benar indah, apalagi melihat air sungai yang lumayan jernih.

Namun kebahagiaan ini tidak berlangsung lama, motor perahu yang kami tumpangi mogok, kamipun terhenti ditengah-tengah sungai. Tukang perahu berusaha mencoba menyalakan kembali mesin motor, tapi tidak berhasil. Setelah beberapa kali mencoba menghidupkan mesinnya, tidak berhasil juga, akhirnya tukang perahu tersebut meminta bantuan perahu lain untuk memanggil perahu pengganti.

Namun setelah ditunggu lama, perahu pengganti tidak muncul juga, akhirnya tukang perahu tersebut membawa balik perahunya ke dermaga dengan di gandeng oleh perahu lain yang ke arah dermaga.

Sampai didermaga, kami diganti perahu lain, tapi kayaknya ukurannya lebih kecil, sehingga diperjalanan sering terkena muncratan air. Dan kami balik lagi ke sungai yang tadi sudah kami lewati.

Akhirnya kami sampai ditempat seperti lorong/gua. Di gua ini terdapat stalagtit dan stalagmit yang kelihatannya lembab karena meneteskan air. Tempat ini memang sangat indah, tampaknya ini memang perhentian terakhir, karena ditengah-tengah sungai ada karang sehingga perjalanan tidak bisa dilanjutkan dengan perahu.

Banyak perahu yang saling bergantian menurunkan penumpang di karang tersebut. Kami melihat dari kejauhan didekat karang tersebut ada semacam air terjun kecil. Banyak orang yang berdiri di karang tesebut untuk menikmati pemandangan, banyak juga yang berenang dibalik karang tersebut. Air disini benar-benar jernih sehingga batu-batu didalam sungai bisa terlihat dengan jelas.

Sayang kami tidak bisa menikmati pemandangan dari atas karang tersebut, karena perahu kami berhenti dipinggir gua yang agak jauh dari karang tersebut. Sebenarnya kami minta agar diturunkan dikarang tersebut tapi menurut tukang perahu yang diperbolehkan turun dikarang tersebut hanya bagi mereka yang akan berenang. Ada biaya tambahan bila ingin berenang, tukang perahu tersebut menawarkan sekitar Rp 200,000 untuk sewa pelampung dan ongkos tunggu. Namun karena kami tidak membawa baju renang dan baju ganti, kami pasti tidak mungkin berenang maka kamipun tidak berminat menawar.

Karena dirasa tidak ada pemandangan lagi yang bisa dinikmati, akhirnya kami memutuskan untuk balik ke dermaga. Sampai didermaga sebenarnya saya masih kurang puas dengan jawaban tukang perahu yang tidak memperbolehkan kami turun dikarang disekitar gua. Akhirnya saya menanyakan masalah ini ke petugas didekat loket. Jawabannya sedikit mengagetkan karena ternyata seharusnya kami diperbolehkan untuk turun untuk menikmati pemandangan disana asal tidak lebih dari 15 menit. Karena kalau lebih memang harus membayar tambahan kepada tukang perahunya. Sedikit kecewa sebenarnya karena kekurangtahuan kami sehingga kami tidak bisa menikmati pemandangan lebih indah.

Mungkin ini suatu pelajaran bahwa kita harus memastikan semua diawal agar tidak mengalami hal seperti ini. Jadi bagi yang belum pernah kesana kalau anda tidak berniat untuk berenang sebaiknya sebelum naik perahu harap dipastikan dulu bahwa tukang perahu mau mengantar sampai dipinggir karang dekat air terjun kecil karena pemandangan disana lebih indah.

Namun akan lebih baik lagi kalau anda mempersiapkan diri untuk berenang, karena menurut informasi pemandangan disana memang jauh lebih indah dan itulah keindahan Green Canyon yang sebenarnya.

Untuk menghibur diri, akhirnya kami mencicipi rujak manis didekat pintu masuk parkiran, unik juga cobek yang dipakai untuk menggerus bumbu. Enak juga lho bumbunya, sayang kelupaan foto rujaknya 🙂

 cijulang_green_canyon_rujak

Bagi pengguna Blackberry, untuk mencari lokasi Dermaga Green Canyon bisa langsung menggunakan link Blackberry Map dibawah ini :

http://maps.BlackBerry.com?lat=-7.73500&lon=108.45649&z=3&label=Cilujang+-+Dermaga+Green+canyon&address=Jalan+Raya+Cijulang&city=Kertayasa&country=Indonesia

 cijulang_green_canyon_ dermaga_maps


Paon Mak Mo, Kuliner

Makan gurami goreng, gurami bakar sudah jamak. Dimana-mana mudah dijumpai, ...

DE'SO, Ayam Asap End

Tabanan salah satu kota di Bali ternyata menyimpan satu kuliner ...

Menyisir keindahan d

Pantai Kukup Setelah dari Pantai Baron kami melanjutkan perjalanan ke pantai ...

Pesona Alam Gunung K

Pesona Gunung Kidul tidak sekedar dari kulinernya khas seperti walang ...

Pesona kuliner Madiu

Kalau anda pergi ke Madiun, pasti anda akan langsung teringat ...