Cuaca hari ini cukup terik, seperti biasa di musim kemarau Surabaya sudah barang tentu panas menyengat. Perjalanan kali ini rolling dalam kota saja tepatnya ke Kenjeran ke Sanggar Agung dengan niat mengikuti prosesi sembahyang Rebutan atau lebih dikenal dengan perayaan Ulambanna di kalangan Buddhis. Menuju Kenjeran mudah saja, Anda bisa ambil jalur MERR (Middle East Ring Road ke arah utara). Kenjeran masuk daerah pantai timur Surabaya. Tiket masuk menuju Kenjeran Park sebesar Rp 8.000 menjadi penanda kita boleh melewati gerbang dan menuju ke lokasi dalam tentunya.
Kedatangan kali ini ke Kenjeran dalam suasana yang sangat ramai dan pembenahan disana-sini. Memang sedikit disayangkan kalau lokasi ini sekian lama penataannya kurang maksimal sehingga tidak terlalu signifikan menarik minat pengunjung kecuali di hari libur saja, padahal potensi wisatanya sangat bagus jika saja dikelola dengan baik. Sebut saja misalnya disini ada lahan untuk pacuan kuda dengan tribunnya yang acapkali digunakan untuk foto session oleh penggemar fotografi. Kemudian ada kart-race arena untuk balap go-kart pro, atau kawasan kya-kya Surabaya yang sedang dalam proses pembangunan, serta wahana-wahana lain, disamping tentunya patung Four Faces Buddha terbesar di Asia Tenggara, Pagoda, dan juga Sanggar Agung sendiri sebagai tempat wisata religi.
Seperti tujuan awal untuk mengikuti prosesi sembahyang Rebutan ternyata batal, karena tidak seperti di Bali yang sudah mulai melaksanakannya hari ini, di Surabaya prosesinya dilakukan 31 Agustus 2012. Upacara ini merupakan suatu acara keagamaan yang dilakukan oleh umat Tri Dharma dan umat Buddha untuk mendoakan mahluk-mahluk yang terlahir di alam rendah agar mereka terlahir kembali di alam yang lebih baik sesuai kondisi karma baik mereka, dan juga sebagai lahan berdana dan memupuk karma baik bagi umat yang melakukannya.
Tampak di dalam kelenteng Sanggar Agung umat khusyuk berdoa, dan beberapa diantaranya ada yang melakukan ritual fang-shen atau pelepasan hewan (burung) untuk memberikan mereka kebebasan sebagai makhluk yang berhak hidup dalam dunianya. Sungguh suatu ritual yang mulia. Mereka membeli burung-burung yang dijajakan di pintu masuk seharga Rp 1000,- per ekor. Ada 3 faktor yang diperoleh dengan ritual fang shen ini: Kebahagiaan si burung, kebahagiaan si penjual, dan kebahagiaan si pelaksana fang shen.
Namun gagal bukan berarti tidak menceritakan sesuatu lho, karena hari ini rupanya sangat banyak burung bangau yang membuat sarang di pucuk-pucuk dan kerindangan pohon bakau/mangrove di sekitar Sanggar Agung. Dan saya sempat menggunakan kesempatan ini untuk hunting foto burung yang jarang dan semakin sulit dilihat di kota metropolis Surabaya ini akibat berkurangnya habitat mereka.
Food hunting di sekitar Kenjeran juga merupakan hal yang tak kurang menariknya. Disini banyak sekali penjaja makanan khas yaitu Kupang Lontong yaitu makanan laut dengan kuah dan bumbu petis diisi irisan lontong dan disajikan dengan air jeruk nipis serta taburan bawang putih goreng dan sambal. Teman baiknya adalah degan / kelapa muda yang disajikan langsung di dalam tempurung utuh. Segar sekali di tengah teriknya matahari pantai. Seporsi cuma merogoh kocek Rp 15.000,- an saja. Dan tentu masih banyak aneka kuliner menarik lainnya seperti sate kerang, es degan/kelapa muda, lontong mie, dan sebagainya dengan harga yang relatif terjangkau.