Pesona Negeri

Biker, Traveller, Culinary, and Photography

Facebook
RSS

Perjalanan untuk mengisi libur akhir pekan yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha sempat membingungkan antara memilih lokasi wisata di Sumenep atau Jember. Mengingat rute ke Madura akan lebih cenderung macet karena tradisi toron, maka kami memutuskan untuk mengambil rute ke arah Lumajang-Jember.

Tujuan kami awalnya cuma satu menuju Tanjung Papuma yang merupakan singkatan dari Tanjung Pantai Putih Malikan di Ambulu, Jember. Dan dengan upaya untuk mendapatkan cottage di lokasi pantai ternyata nihil karena semua cottage sudah fully booked. Jadi untuk rekan pesonanegeri yang ingin menginap di Pantai Papuma yang eksotis ini, jangan lupa untuk melakukan booking lebih awal beberapa minggu.

sunset di papuma

sunset di papuma

Jadi setelah berunding dan berdasarkan informasi yang saya dapat dari saudara, dipastikan kami akan menginap di kota Lumajang.

Akhirnya perjalanan dimulai, rute tidak terlalu ramai dan jalanan cukup mulus. Pemandangan mulai masuk jalur Probolinggo – Jember cukup menarik dengan berbagai suguhan pemandangan khas kota kecil dan pedesaan. Sesekali melewati naungan rindang pohon mangga yang sedang berbuah menggoda selera, sungguh suatu perjalanan yang mengasyikan.

Di kota Leces ada sebuah pabrik kertas yang sudah berusia cukup lama, yaitu pabrik kertas Leces. Jadi teringat ketika usia sekolah SD dulu buku-buku keluaran pabrik Leces seolah menjadi buku wajib dan disampul kertas coklat atau kertas minyak warna kuning untuk menjaga kerapiannya. Memasuki kota Lumajang yang terkenal dengan berbagai hasil pertanian seperti kelapa, pisang agung, nangka, dan sebagainya saya segera saja memastikan perut terisi dulu karena kita tiba sekitar pukul 13-an. Sayang sekali selama perjalanan sinyal data di sony ericsson yang dipasang kartu XL tidak aktif sehingga perjalanan menjadi menggunakan GPS manual alias Ganggu Penduduk Setempat. Dan dipandu oleh kakak dari istri saya, akhirnya kita dipandu menuju rumah makan Bu Tjipto di bilangan jalan Kapten Suwandak, Lumajang kota.

Rumah makan ini kecil tapi suguhan chinese foodnya cukup enak dan harga yang relatif murah. Untuk 4 orang dengan menu makan tengah kami hanya merogoh kocek 55 ribuan saja. Menu ayam saus lemon, sop sehat, nasi putih, ditemani es beras kencur dengan rasa yang lembut dan putih bersih, mengembalikan energi kami. Rumah makan Bu Tjipto 2 juga ada di bilangan jalan Soetomo dengan menu yang lebih variatif. Dan disini pada pagi di hari kedua, saya sempat mencicipi rujak disini dengan hanya 8 ribu saja dengan bumbu yang sangat pas di lidah. Sayang waktu itu kawan-kawan masih terlelap dalam mimpi.

Lanjut lagi, perjalanan akhirnya dipandu melewati rute yang tidak lazim melalui rute pedesaan di seputaran Kencong, namun sayang karena tidak berbekal GPS rute tidak sempat kami record. Di sana jalannya tidak terlalu mulus dan sempit. Sebuah pabrik semen di kaki bukit sesekali tampak di kejauhan. Pengalaman menarik disini, karena kita tersesat di hutan perhutani. Sebenarnya jalan tersebut bisa ditempuh, tapi setelah penduduk melihat mobil kami, mereka menyarankan agar mengambil rute yang satunya dan telah kami lewati. Rute yang kami pilih cocok buat trail dan mobil dipastikan tidak bisa lewat karena tebing yang curam. Sayang karena keburu waktu kami tidak mengambil gambar tempat lokasi kami tersesat.

Akhirnya kami mendapati jalan yang benar. Pintu masuk Papuma desa Sumberejo sudah di depan mata, rute mulus agak sempit dengan pepohonan yang cukup lebat. Masuk Tanjung Papuma biayanya tidak mahal dan dengan akomodasi yang lengkap, kita disini mendapatkan banyak jenis rekreasi. Pantai yang luar biasa eksotis. Di lokasi terdapat kelenteng, camping ground, rumah makan dengan makanan khas laut, cottages, flying fox, dan pantai dengan pasir putih dan air laut yang biru dan di beberapa tempat kita bisa melihat monyet-monyet yang jinak bermain-main. Untuk berenang di sini perlu diperhatikan bahwa ada area-area yang memang berbahaya, jadi jika berenang lakukanlah di area yang lebih safe. Sungguh pantai dan teluk yang eksotis.Deretan perahu nelayan berwarna-warni berderet di bibir pantai dan cukup banyak pula yang tertambat agak di tengah terutama yang berukuran besar. Wisatawan yang berkunjung cukup ramai, tapi tidak perlu khawatir lokasi parkirnya lebih dari cukup.

Disini kita bisa menginap dengan harga yang murah,mungkin nanti suatu waktu kami akan kembali dengan persiapan yang lebih matang. Karena menginap tampaknya jauh lebih mengasyikan karena disini kita bisa mendapatkan suasana sunrise dan sunset sekaligus, apalagi dengan fasilitas yang ada tampaknya sudah lebih dari cukup dan pasti menyenangkan.

Setelah puas menikmati suasana pantai dan sunset, kami kembali ke kota Lumajang untuk beristirahat. Kami akan kembali lagi suatu saat.

Info Rogoh Kocek per Orang:

  • Karcis Parkir R4 : 2000
  • Karcis Masuk Obyek Wisata : Rp 7000
  • Asuransi Jasa Raharja : Rp 100

[nggallery id=42]


Paon Mak Mo, Kuliner

Makan gurami goreng, gurami bakar sudah jamak. Dimana-mana mudah dijumpai, ...

DE'SO, Ayam Asap End

Tabanan salah satu kota di Bali ternyata menyimpan satu kuliner ...

Menyisir keindahan d

Pantai Kukup Setelah dari Pantai Baron kami melanjutkan perjalanan ke pantai ...

Pesona Alam Gunung K

Pesona Gunung Kidul tidak sekedar dari kulinernya khas seperti walang ...

Pesona kuliner Madiu

Kalau anda pergi ke Madiun, pasti anda akan langsung teringat ...